Tugas Makalah
“PEMAKAIAN KALIMAT EFEKTIF”
Oleh
:
Kelompok
5
La
Arman : 21510156
FAKULTAS EKONOMI POGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2015
PEMAKAIAN KALIMAT EFEKTIF
ABSTRAK
Kalimat Efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pikiran atau gagasan yang benar dan jelas untuk menyampaikan
informasi-informasi sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, kalimat
efektif memiliki beberapa ciri-ciri kalimat efektif yaitu: Kesepadanan,
Keparalelan atau Kesejajaran Bentuk, Ketegasan atau Penekanan Kata, Kehematan
Kata, Kesatuan Kata, Kepaduan, Kelogisan. Struktur kalimat efektif haruslah benar.
Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur
atau bentuk yang jelas. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan sehingga tidak dapat menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Kata Kunci
Jadilah pembaca yang baik untuk dirimu dan orang lain
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikm
Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar
ilmu bahasa indonesia yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Bahasa secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan
dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga
laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Kendari,
22 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................................... i
Abstrak..................................................................................................................................... ii
Kata
Kunci.......................................................................................................................... ii
Kata Pengantar....................................................................................................................... . iii
Daftar
Isi.................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang......................................................................................................................... 5
Rumusan Masalah............................................................................................................... 6
Tujuan
Pembahasan........................................................................................................... . 6
Manfaat
Pembahasan......................................................................................................... . 6
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Kalimat
Efektif..................................................................................................... . 7
Unsur-Unsur Kalimat
Efektif................................................................................................. . 7
Ciri-Ciri Kalimat
Efektif................................................................................................... 14
Syarat Kalimat
Efektif....................................................................................................... 21
Stuktur Kalimat
Efektif..................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................ 23
Saran...................................................................................................................................... 23
Daftar Rujukan................................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah
alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan
itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan
atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh
dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan
ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai
bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat
yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik
untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan kalimat efektif?
2.
Apa saja
unsur-unsur kalimat?
3.
Apa ciri-ciri
kalimat efektif?
4.
Apa syarat yang
mendasari kalimat efektif?
5.
Bagaimana
struktur kalimat efektif?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Agar tidak
terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar
2.
Mengetahui apa
dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3.
Menjaga
kemurnian bahasa Indonesia
D. MANFAAT
PEMBAHASAN
1.
Manfaat untuk
diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif.
2.
Manfaat untuk
kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pikiran/gagasan sehi-ngga
dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain atau diri sendiri. Efektif dalam
hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat
adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim
disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek
dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek
(S)
Subjek (S) adalah
bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b.
Meja direktur
besar.
c.
Yang berbaju
batik dosen
saya.
d.
Berjalan kaki
menyehatkan
badan.
e.
Membangun
jalan layang sangat
mahal
Kata-kata yang
dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan
frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa
terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat
pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa
Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi
S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang
berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di
atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa
(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.
Bagi siswa
sekolah dilarang masuk.
b.
Di sini
melayani obat generic.
c.
Memandikan
adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai
(c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau
ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa
yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat
(P)
Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam
kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat
dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang
tidur siang.
c.
Putrinya cantik
jelita.
d.
Kota Jakarta dalam
keadaan aman.
e.
Kucingku belang
tiga.
f.
Robby mahasiswa
baru.
g.
Rumah Pak
Hartawan lima.
Kata-kata
yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut
ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
Adik saya yang
gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang
terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.
Bandung yang
terkenal kota kembang.
Walaupun
contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang
berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan
kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal
sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3. Objek
(O)
Objek (O) adalah
bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperti pada contoh di bawah ini.
a.
Nurul
menimang …
b.
Arsitek
merancang …
c.
Juru masak
menggoreng …
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh
verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku
rusak.
c.
Tamunya
pulang.
Objek dalam
kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh
Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik
saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P)
atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya
di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan
jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa
nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan
cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b.
Banyak
orpospol
berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat
aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif
adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak
bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah
kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila
dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.
Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh
frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu,
letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
a.
Sutardji
membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.
Mayang
mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.
Sekretaris
itu mengambilkan atasannya air minum.
d.
Annisa
mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.
Pamanku
membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
(ket)
Keterangan (Ket)
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat
yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket
adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS
KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
Sepanjang
|
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
|
3.
|
Alat
|
Dengan
|
Dengan pisau, dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
|
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
|
C. CIRI-CIRI
KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat
mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat
berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Ketidakjelasan subjek atau
predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Contoh:
a.
Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya membeli
sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat
majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud
dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
a.
Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga
minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud
dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Perhatikan contoh:
a.
Ia memakai baju
warna merah.
b.
Di mana engkau
menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Perhatikan kalimat-kalimat di
bawah ini.
a.
Dia hanya
membawa badannya saja.
b.
Sejak dari pagi
dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki
menjadi
a. Dia
hanya membawa badannya.
b.
Sejak pagi dia bermenung.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu,
beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat
adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.
Dia menerima
uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
· Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan
katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud
dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak
bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu,
kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b.
Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang
berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya
kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak
menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini. :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Perhatikan kalimat ini. :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud
dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
D. SYARAT-SYARAT
KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif
adalah sebagai berikut:
1.
Secara tepat
mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang
sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penulisnya.
E. STRUKTUR KALIMAT
EFEKTIF
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat
efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda
akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya
akan sangat lain, bila dikatakan:
1.
Buat Papa
menulis surat saya.
2.
Surat saya
menulis buat Papa.
3.
Menuis saya
surat buat Papa.
4.
Papa saya buat
menulis surat.
5.
Saya Papa buat
menulis surat.
6.
Buat Papa surat
saya menulis.
Walaupun kata
yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas
fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu
juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ø Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Ø Unsur-unsur dalam kalimat
meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket).
Ø Ciri-ciri kalimat efektif
yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
B.
SARAN
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan diatas makalah dengan sumber-sumber lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Demikianlah makalah yang
penulis sajikan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila terdapat kritik
dan saran, dapat disampaikan kepada penulis agar bisa menjadi motivasi
kedepannya.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk
Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002..
Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat
Efektif. Jakarta: Gramedia.