Tugas Makalah
TEORI DAN PERILAKU ORGANISASI
(PENGENDALIAN KEKUASAAN)
![]() |
Oleh :
Nama :
La Arman
NIM : 21510156
Kelas
: IV B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
POGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2017

Assalamu’alaikm Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tentang “PENGENDALIAN KEKUASAAN”.
Tugas
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
mengembangkan potensi kami. Selain itu tujuan dari makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang Pengendalian Kekuasaan. Sehingga besar harapan kami, ringkasan yang kami sajikan
dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Demikianlah makalah
ini kami sajikan semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya kami sendiri dan untuk menambah
wawasan para pembaca. Amiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kendari, 27 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Serangan Utama
Pilhan Strategis................................................................. 2
B.
Jalan Menuju
Kekuasaan............................................................................. 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 6
B.
Saran.......................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Cerita
di bawah ini adalah mengenai perkembangan karier seorang eksekutif pada sebuah
jaringan televise utama di New York City yakni Dave. Sebagaimana dikisahkan
pada halaman 259-260, telah memperkenalkan perspektif lain tentang bagaimana
struktur organisasi yang ingin memuaskan kepentingannya sendiri mencoba untuk
mendapatkan kekuasaan dan kemudian menggunakan kekuasaan tersebut untuk
menciptakan struktur yang bekerja bagi kepentingannya.
Dalam
bab ini akan dijelaskan mengenai pandangan pengendalian kekuasaan yang
mengatakan bahwa struktur organisasi dalaam banyak hal merupakan hasil pilihan
struktur dari mereka dapat mempertahankan dan meningkatkan pengendalian mereka
semaksimal mungkin.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Menjeskan Argumentasi Serangan Utama: Pilihan
Strategis ?
2. Menjelaskan Bagaimana Jalan Menuju Ke Kekuasaan ?
C.
TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Argumentasi Serangan Utama: Pilihan
Strategis.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Jalan Menuju Ke
Kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SERANGAN UTAMA: PILIHAN STRATEGIS
Sebuah
serangan yang cukup penting terhadap mereka yang membela dominasi teknologi,
lingkungan, atau kekuatan lain yang dinamakan structural imperative dikembangkan oleh John Child pada awal
1970-an. Karya Child, yang pada dasarnya merupakan perluasan dari tesis
strategi-struktur yang disampaikan pada bab 5, mencoba memperlihatkan bahwa
manajer mempunyai kebebasan yang cukup besar dalam membuat pilihan strategis (strategic choices).
1.
Logika dari Pilihan Strategis
Argumentasi pilihan strategis Child adalah meskipun
terdapat hambatan terhadap kebijaksanaan untuk membuat keputusan manajerial,
para manajer masih mempunyai kebebasan yang cukup besar untuk membuat pilihan.
Seperti halnya pilihan mengenai tujuan, personalia, atau teknik-teknik control,
para manajer juga memilih desain struktur organisasi. Faktor lingkungan
sepertipara pesaing, serikat buruh, dan lembaga pemerintahan adalah bagian dari
hambatan tersebut, namun kesemua factor itu tidak berpengaruh langsung
atas struktur organisasi, melainkan ditengahi oleh pilihan manajerial. Demikian
juga, teknologi dapat mengontrol struktur hanya sampai tingkat dimana manajer
memilih teknologi yang menuntut dimensi structural tertentu. Dengan demikian,
lingkungan dan teknologi adalah kendala terhadap
para manajer ketimbang sebagai imperatives.
Argumentasi Child pada dasarnya dapat dipadatkan
menjadi empat factor :
1)
Para pengambil
keputusan mempunyai lebih banyak otonomi daripada yang diduga oleh mereka yang
berargumentasi bagi dominasi dari kekuatan lingkungan, teknologi, atau kekuatan
lainnya.
Manajer dapat memilih diantara alternative yang luas
yang sesuai dengan domain yang dikuasai, atau mereka dapat memilih untuk
memasuki domain baru. Bisnis-bisnis memasuki dan meninggalkan pasar secara
teratur, sedangkan sekolah-sekolah membuat keputusan tentang kurikurum apa yang
akan ditawarkan, rumah-rumah sakit memilih jenis pasien yang akan dilayaninya,
dan sebagainya. Dalam memilih domain tertentu, manajemen secara simultan
menentukan pola saling ketergantungannya dengan lingkungannya.
2)
Keefektifan
organisasi harus ditafsirkan sebagai jajaran, bukan titik.
Keefektifan
organisasi bukan merupakan titik keberhasilan yang optimum. Keefektifan itu
merupakan jajaran (range). Hal ini
penting karena manajer tidak mengoptimalkan pengambilan keputusan mereka.
Mereka “puas” jika telah mendapatkan hasil yang memuaskan dan mencukupi. Dengan
kata lain, mereka membuat pilihan yang cukup baik. Bukannya mencari sebuah
struktur yang akan menghasilkan keefektifan yang tinggi, para manajer memilih
struktur yang hanya sesuai dengan persyaratan menimal bagi keefektifan. Mereka
bisa, misalnya menukar keuntungan optimum dengan kekuasaan lebih besar, dengan
stabilitas, atau tujuan lainnya.
3)
Organisasi
kadang mepunyai kekuasan untuk
memanipulasi dan mengontrol lingkungan mereka.
Organisasi tidak selalu merupakan bidak yang
digunakan oleh lingkungan mereka. Para manajer dari perusahaan yang besar mampu
menciptakan permintaan bagi produk mereka dan mengontrol lingkungan kompetitif
mereka. Baik organisasi besar maupun kecil dapat melakukan hubungan informal
dengan para pesaingnya untuk membatasi kekerasan, ruang lingkup, dan bahanya
yang ditimbulkan oleh persaingan. Tindakan lain termasuk merger, joint ventures, vertical intergration, atau malah melakukan
lobi untuk dikeluarkannya peraturan pemerintah.
4)
Persepsi dan
evaluasi kejadian adalah penghubung penting yang menjadi penengah antara
lingkungan dan tindakan organisasi.
Ada perbedaan antara karakteristik objektif
lingkungan dan persepsi serta evaluasi dari karakteristik tersebut oleh para
anggota organisasi bersangkutan. Orang tidak selalu merasakan karakteristik
lingkungan secara tepat. Interpretasi
mereka dapat dilihat dalam keputusan yang mereka pilih. Pilihan strategis
mereka, dengan kata lain, kemungkinan kan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap desain structural, tanpa memperhatikan karakteristik yang sebenarnya
dari lingkungan. Para pengambil keputusan mengevaluasi lingkungan organisasi
tersebut, membuat interpretasi berdsarkan pengalaman meraka, dan menggunakan
informasi tersebut untuk mempengaruhi desain struktur internalnya.
2.
Yang Menentang Pilihan Strategis
Kemampuan untuk menggeneralisasi argumentasi pilihan
strategis dibatasi oleh dua fakta: (1) Komitmen yang seringkali mengunci organisasi
pada suatu domain terbatas dan (2) ada halangan untuk melakukan entri pada
banyak pasar. Kedua kekuatan tersebut dapat menghambat para manajer untuk
melakukan banyak hal dengan kebijakasanaan yang dipunyainya.
Komitmen fisik dan sumber daya manusia seringkali
mengunci organisasi pada suatu domain yang sempit untuk waktu yang lama. Sekali
manajemen mengeluarkan $ 100 juta untuk membangun pabrik yang sesuai dengan
zaman untuk membauat pesawat televise, ia membatasi pilihannya untuk keluar
bisnis pembuatan televise dan masuk ke dalam bisnis penerbitan majalah.
Demikian juga, personalia bukan merupakan sepenuhnya biaya variabel.
Undang-undang telah membuat semakin sukat untuk mengeluarkan pegawai dengan
sesukanya. Jika personalia dari sebuah organisasi dipekerjakan dan dilatih
untuk mengoperasikan sebuah pabrik, membotolkan minuman ringan, maka manajemen
pasti tidak dapat dengan sebuah lambaian sebuah tongkat ajaib, menjadikan
pegawainya insinyur listrik dan memasuki bisnis memory-disk computer.
B.
JALAN MENUJU
KE KEKUASAAN
Bagaimanakah
seseorang atau suatu kelompok memperoleh kekuasaan dalam suatu organisasi?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah dengan memahami bahwa kekuasaan
merupakan sebuah fenomena structural yang pertama dan paling penting. Ia
diciptakan melalui pembagian kerja dan departementasi. Diferensiasi horizontal
mau tidak mau menciptakan tugas tertentu yag lebih penting dari yang lain.
Individu atau departemen yang menjalankan tugas yang lebih kritis, atau yang
mampu meyakinkan orang atau
departemen lain dalam organisasi bahwa tugas mereka lebih kritis, akan
memperoleh keunggulan alamiah dalam peraturan untuk memperoleh kekuasaan. Bukti
menunjukkan bahwa ada tiga jalan untuk mendapatkan kekuasaan: (1) kewenangan
hierarkis, (2) kendali atas sumber daya, dan (3) jaringan kerjaa yang
desentralisasi. Marilah kita tinjau satu per satu.
1.
Kewenagan Hierarkis
Kendati
ada usaha terperinci sebelumnya dalam bab ini untuk membedakan kewenangan dan
kekuasaan, kita tidak dapat mengesampingkan kenyataan: kewenangan formal adalah
sumber kekuasaan. Kewenangan bukan satu-satunya
sumber kekuasaan, tetapi para individu dalam kedudukan manajerial,
khususnya mereka yang menduduki posisi manajemen senior, dapat mempengaruhi
melalui keputusan formal. Bawahan menerima pengaruh ini sebagai suatu hak yang
melekat pada posisi seorang manajer.
Pekerjaan
seorang manajer dating dengan hak tertentu untuk memberi imbalan dan hukuman.
Selain itu, jabatan itu disertai hak prerogative untuk membuat keputusan
tertentu. Tetapi, seperti yang akan kita lihat, banyak sekali manajer menemukan
bahwa pengaruh formal mereka terhadap orang atau keputusan sangat terbatas
karena ketergantungan mereka pada orang lain dalam organisasi.
2.
Kontrol Terhadap Sumber Daya
Jika anda mempunyai sesuatu yang diinginkan orang
lain, bisa mempunyai kekuasaan terhadap mereka. Tetapi control terhadap sumber
daya saja merupakan garansi bahwa hal tersebut akan meningkatkan kekuasaan
anda. Sumber daya tersebut harus langka dan penting.
Jika semua sumber daya langka dalam organisasi, maka
ia bisa menjadi sumber kekuasaan. Jika bensin banyak, pompa bensin di daerah
anda hanya sedikit bisa mempengaruhi anda. Tetapi pada akhir tahun 1970-an,
ketika banyak orang antre selama tiga
jam untuk mendapatkan bensin seharga lima dollar untuk mobil mereka, para
pemilik pompa bensin berkuasa. Mereka mengatakan, “Lompat” dan
konsumen-konsumen potensial itu hanya akan bertanya, “Seberapa tinggi?” Konsep
yang sama berlaku dalam organisasi. Kepemilikan sebuah sumber tersebut tidak
langka.
Jika kelangkaan sumber daya meningkatkan kekuasaan
dari pemilik sumber, maka keberadaan substitusi yang relevan juga harus
diperhatikan. Artinya, sumber yang tidak mempunyai substitusi yang mirip akan
lebih langka daripada yang mempunyai kemungkinan untuk memperoleh substitusi
yang tinggi. Contohnya adalah keterampilan. Organisasi menggatungkan diri pada
individu yang mempunyai sejumlah keterampilan istimewa yang luas untuk dapat
berprestasi dengan efektif. Mereka yang mempunyai keterampilan yang dibutuhkan
oleh organisasi sedangkan keterampilannya itu tidak dipunyai orang lain di
dalam organisasi jelas akan berada pada posisi yang lebih berpengaruh daripada
mereka yang keterampilannya dapat ditiru oleh ratusan pegawai lain.
Demikian juga kekuasaan yang relative dari serikat
buruh terhadap kebanyakan manajemen merupakan sebuah fungsi dari kemampuan para
anggotanya untuk membatasi pilihan manajemen. Jika organisasi tersebut sangat
padat karya, ia akan bergantung pada manusia agar dapat melakukan pekerjaan.
Jika sebuah perusahaan tidak memperoleh seseorang kecuali jika pada saat
penerimaan orang tersebut sudah menjadi anggota serikat buruhnya, maka serikat
buruh tersebut dapat memaksa perusahaan tersebut untuk selalu memenuhi
permintaanya.
Dalam organisasi, control dan akses terhadap
informasi bisa menjadi sumber utama bagi kekuasaan selama informasi tersebut
langka dan penting. Untuk mendapat gambaran, mari kita lihat bagaimana control
terhadap informasi dapat menjelaskan mengapa keahlian seringkali mengakibatkan
kekuasaan dan juga mengapa banyak pegawai melakukan hal yang ekstrem untuk
menutupi tindakan mereka secara rahasia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebuah
serangan yang cukup penting terhadap mereka yang membela dominasi teknologi,
lingkungan, atau kekuatan lain yang dinamakan structural imperative dikembangkan oleh John Child pada awal
1970-an. Karya Child, yang pada dasarnya merupakan perluasan dari tesis
strategi-struktur yang disampaikan pada bab 5, mencoba memperlihatkan bahwa
manajer mempunyai kebebasan yang cukup besar dalam membuat pilihan strategis (strategic choices).
Individu
atau departemen yang menjalankan tugas yang lebih kritis, atau yang mampu meyakinkan orang atau departemen lain
dalam organisasi bahwa tugas mereka lebih kritis, akan memperoleh keunggulan
alamiah dalam peraturan untuk memperoleh kekuasaan. Bukti menunjukkan bahwa ada
tiga jalan untuk mendapatkan kekuasaan: (1) kewenangan hierarkis, (2) kendali
atas sumber daya, dan (3) jaringan kerjaa yang desentralisasi. Marilah kita
tinjau satu per satu.
B.
SARAN
Inilah makalah yang kami sajikan, apabila terdapat
kekurangan dan kelebihan dalam makalah ini kami mohon saran dan kritiknya yang
bersifat membangun agar kami dapat memperbaikinya, sehingga menjadi
pembelajaran bagi kita semua dan mampu menjadi makalah yang sempurna. Thanks
DAFTAR PUSTAKA
Stephen P. Robbins, San Diego State University,
TEORI ORGANISASI – Struktur, Desain & Aplikasi. Edisi 3

Tidak ada komentar:
Posting Komentar